Sabtu, 01 Oktober 2016

PROSES PENYADAPAN NILA AREN

Apakah anda tau gula aren?... Gula aren banyak sekali di jual di pasar-pasar tradisional, gula aren biasanya digunakan sebagai bahan pemanis minuman maupun pemanis roti dan juga sering digunakan untuk menambah sedapnya masakan. Apakah anda tau gula aren terbuat dari apa? Nah berikut ini adalah jawabannya. Nira Aren adalah cairan yang manis yang diperoleh dari batang bunga aren (dangu dalam bahasa jawa). Proses untuk mendapatkan nira aren adalah dengan memotong bunga mayang pohon aren, namun ada beberapa tahap yang harus dilalui agar bunga mayang dari pohon aren bisa mengeluarkan nira. Nira dari aren mengandung gula antara 10-15%. Cairan ini dapat diolah menjadi minuman segar, difermentasi menjadi tuak nira, dijadikan sirup aren, atau diolah lebih lanjut menjadi gula aren, gula semut dan sebagainya. Cairan putih nira yang terkumpulkan awalnya cenderung sangat manis dan tidak mengandung alkohol sebelum difermentasi. Nira yang manis dan tidak mengandung alkohol ini biasanya dijual di Indonesia sebagai minuman jajanan tradisional legen yang disajikan dingin. Proses Penyadapan Nira Aren 1. Hal pertama yang dilakukan dalam proses penggambilan nira adal dengan memukul-mukul batang dari mayang nira (dalam istilah jawa sering disebut malu), hal ini dilakukan agar nantinya mayang yang dipotong bisa mengeluarkan nira dan batangnya tidak terlalu keras untuk diiris menggunakan pisau sadap. Hal ini dilakukan sedikitnya 5 kali dalam kurun waktu 3 ming 2. Memotong (dalam adat jawa sering disebut dengan magas) Tandan mayang yang sudah dipukul-pukul beberapa kali, lalu dipotong pada ujung bunganya dan menyisakan pangkal yang nantinya akan disadap untuk menghasilkan nira. Setelah dipotong biasanya oleh para petani dibiarkan selama semalam dan barulah keesokan harinya jika potongan terlihat basah dan mengeluarkan cairan berarti hal itu bisa dilakukan penyadapan secara kontiyu. Namun bila ditunggu sampai maksimal 2 hari pokok dari bunga mayang yang dipotong tidak mengeluarkan cairan berarti gagal dan tidak perlu dilanjutkan penyadapan. 3. Seperti telah dijelaskan di point yang ke 2, bila tandan mayang yang dipotong mengeluarkan cairan berarti proses penyadapan bisa dilanjutkan. Proses menyadap nira aren dilakukan setiap pagi dan sore hari hal itu dilakukan dengan cara mengiris tangkai bunga mayang sedikit demi sedikit, setelah diiris cairan yang keluar dari tangkai mayang akan ditampung menggunakan bambu yang panjangnya sekitar 3 ruas bambu 4. Setiap pohon aren mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, ada yang bisa disadap sampai 5 bulan namun ada juga yang cuma bisa disadap sampai 2 bulan saja. Dan hasil dari tiap-tiap pohonnya pun berbeda-beda ada pohon aren yang bisa mengeluarkan nira sangat banyak namun begitu juga sebaliknya Setelah nira dikumpulkan pada pagi dan sore hari barulah dilakukan pengolahan nira dengan cara direbus sampai mndidih agar bisa diproses menjadi gula aren yang siap untuk dijual maupun dikonsumsi.

Rabu, 18 Mei 2016

Cara memakai sarung Pria

Mungkin banyak diantara kita yang belum mengerti cara memakai sarung. Baiklah berikut pengalaman saya siapa tahu bermanfaat terutama bagi adik-adik yang baru beranjak remaja dan dewasa. Mula - mula pakailah sarung, cari bagian yang ada jahitannya lalu posisikanlah pada posisi didepan kemudian bentangkan sarung baik kiri maupun kakan bagian tengahnya jepitlah dengan dagu lalu lipatlah bagian sarung ke arah dada di mulai dari sebelah kiri dahulu lalu menyusul yang sebelah kanan lalu tariklah dengan erat supaya sarung tidak longgar kemudian simpulkan sarung dari atas hingga sebatas pinggang. Demikianlah mudah bukan semoga bermanfa'at dan selamat mencoba

Senin, 16 Mei 2016

Menitikkan Air Mata Membaca Kisah Qurban Bu Sumi

Kisah ini terjadi ± tahun 1995, sudah cukup lama memang,namun setiap ingin memasuki I’dul Adha saya selalu teringat dengan kejadian yang pernah saya alami ini, dan sampai saat ini saya tidak pernah melupakannya. Awalnya saat saya sedang menjajakan dagangan bersama teman (kami berempat waktu itu), kami mengeluh karena sudah 3 hari kami berdagang baru 6 ekor yang terjual, tidak seperti tahun sebelumnya, biasanya sudah puluhan ekor laku terjual dan hari raya sudah didepan mata (tinggal 2 hari lagi). Kami cukup gelisah waktu itu. Ketika sedang berbincang salah seorang teman mengajak saya untuk sholat ashar dan saya pun bersama teman saya berangkat menuju masjid yang kebetulan dekat dengan tempat kami berjualan. Setelah selesai sholat, seperti biasa saya melakukan zikir dan doa. Untuk saat ini doa saya fokuskan untuk dagangan saya agar Allah memberikan kemudahan semoga kiranya dagangan saya laku/ habis terjual. Setelah selesai saya dan teman kembali bergegas untuk kembali ke tempat kami jualan, dari kejauhan kami melihat ditempat kami berjualan banyak sekali orang disana dan terlihat teman kami yang berada disana kesibukan demi melayani calon pembeli. Akhirnya saya dan teman saya berlari untuk cepat membantu melayani teman kami. Alhamdulillah pada saat itu sudah ada yang membeli beberapa ekor kambing. “Terima kasih Ya Robb, Engkau telah mendengar dan menjawab doa kami”, Syukur saya dalam hati. Namun setelah semuanya terlayani dan keadaan kembali normal, saya melihat seorang ibu-ibu sedang memperhatikan dagangan kami, seingat saya ibu ini sudah lama berada disitu, pada saat kami sedang sibuk ibu ini sudah ada namun hanyamemperhatikan kami bertransaksi. Saya tegur teman saya “Ibu itu mau beli ya ? dari tadi liatin dagangan terus, emang gak ditawarin ya ?, sepertinya dari tadi udah ada disitu. Kayaknya Cuma liat-liat aja, mungkin lagi nunggu bus kali. Jawab teman singkat. Memang sih kalau dilihat dari pakaiannya sepertinya gak akan beli ( mohon maaf.. ibu itu berpakaian lusuh sambil menenteng payung lipat ditangan kanannya) kalau dilihat dari penampilannya tidak mungkin ibu itu ingin berqurban. Namun saya coba hampiri ibu itu dan coba menawarkan. “Silahkan bu dipilih hewannya, ada niat untuk qurban ya bu ?. Tanpa menjawab pertanyaan saya, ibu itu langsung menunjuk, “Kalau yang itu berapa bang ?” Ibu itu menunjuk hewan yang paling murah dari hewan yang lainnya. Kalau yang itu harganya Rp.600.000,- bu, jawab saya. Harga pasnya berapa bang ?, gak usah tawar lagi yabu... Rp. 500.000 deh kalau ibu mau. Fikir saya memang dari harga segitu keuntungan saya kecil, tapi biarlah khusus untuk ibu ini. “Uang saya Cuma ada 450 ribu, boleh gak”. Waduh... saya bingung, karena itu harga modal kami, akhirnya saya berembug dengan teman yang lain. “Biarlah mungkin ini jalan pembuka untuk dagangan kita, lagi pula kalau dilihat dari penampilannya sepertinya bukan orang mampu, kasihan, hitung-hitung kita membantu niat ibu itu untuk berqurban”. Sepakat kami berempat. “Tapi bawa sendiri ya.. ?” akhirnya si ibu tadi bersedia, tapi dia minta diantar oleh saya dan ongkos bajaj-nya dia yang bayar dirumah. Setelah saya dikasih alamat rumahnya si ibu itu langsung pulang dengan jalan kaki. Saya pun berangkat. Ketika sampai di rumah ibu tersebut. Subhanallaah..... Astaghfirullaah..... Alaahu Akbar, merinding saya, terasa mengigil seluruh badan saya demi melihat keadaan rumah ibu tersebut. Ibu itu hanya tinggal bertiga dengan orang tuanya (ibunya) dan satu orang anaknya di rumah gubuk dengan berlantai tanah dan jendela dari kawat. Saya tidak melihat tempat tidur/ kasur, yang ada hanya dipan kayu beralas tikar lusuh. Diatas dipan sedang tertidur seorang perempuan tua kurus yang sepertinya dalam kondisi sakit. “Mak ... bangun mak, nih liat Sumi bawa apa” (oh ternyata ibu ini namanya Sumi), perempuan tua itu terbangun dan berjalan keluar. “Ini ibu saya bang” ibu itu mengenalkan orang tuanya kepada saya. Mak Sumi udah beliin kambing buat emak qurban, ntar kita bawa ke Masjid ya mak. Orang tua itu kaget namun dari wajahnya terlihat senang dan bahagia, sambil mengelus-elus kambing orang tua itu berucap, Alaahu Akbar, Alhamdulillaah, akhirnya kesampaian juga emak qurban. “Nih bang duitnya, maaf ya kalau saya nawarnya telalu murah, saya hanya kuli cuci, saya sengaja kumpulkan uang untuk beli kambing yang mau saya niatkan buat qurban ibu saya. Aduh GUSTI....... Ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hambaMU yang satu ini. HambaMU yang Miskin Harta tapi dia kaya Iman. Seperti bergetar bumi ini setelah mendengar niat dari ibu ini. Rasanya saya sudah tidak sanggup lagi berlama-lama berada disitu. Saya langsung pamit meninggalkan kebahagiaan penuh keimanan mereka bertiga. “Bang nih ongkos bajajnya.!, panggil si Ibu, “sudah bu cukup, biar ongkos bajaj saya yang bayar. Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah, karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan saya dengan hambaNYA yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya. Diposkan oleh Abel Pen di 08.19

Selasa, 29 November 2011

JAUHI BANYAK BICARA, BERIKAN TELADAN !

Seringkali mulut kita tidak tahan untuk tidak berkomentar. Alhasil, dalam sejam saja sudah ratusan komentar kita ‘persembahkan’ untuk orang lain. Kita menghadiahi hati orang dengan ucapan – ucapan atas kelakuan yang dibuatnya, versi kita sediri.
Sementara disaat yang sama, karena sibuk mengurusi perilaku orang lain, kita jadi lupa dengan kelakuan diri sendiri.
Lihatlah diri kita sendiri yang mungkin kerap menyuruh anak kita tidak berbohong dan beberapa menit kemudian, menyuruh anak menerima tamu dengan mengatakan, “Bilangin, ayah sedang keluar kota!” Atau seseorang yang kerap meminta anaknya disiplin belajar, tapi tepat saat jam belajar sang anak, dia asyik menonton sinetron yang dibintangi artis pujaannya , dan itu dilakukan beberapa jengkal dari kamar anaknya.
Rasulullah Saw mengatakan, “innama bu’itstu liutammina makarima al-akhlaq (sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia)”.
Persoalan akhlaq adalah persoalan kebiasaan. Jika seseoarang terbiasa dengan lingkungan yang jelek, maka sedikit banyak akhlaqnya ikut menjadi jelek. Namun, yang paling yang paling utama adalah, bahwa akhlaq itu hasil kerja keras. Dalam sebuah pemoe disebutkan manuasia itu cendrung jahat, kikir dan sombong. Maka, jika ada manuasia yang dermawan, baik dan rendah hati, maka percayalah, itu adalah hasil dari latihan berat. Latihan yang melawan kodratnya yang buruk.
Mengapa seorang pemimpin sering dilecehkan? Atau mengapa seseorang sering hilang kepercayaan?itu terjadi biasanya karena orang tersebut kurang berbuat dan terlalu banyak berbicara. Mulut yang manis, indah penuh retorika tidak cukup, dan perlu dibuktikan dengan perilaku yang meyakinkan.
Teladan atau contoh adalah sebuah kunci bagi masyarakat yang sedang sakit. Ketika dinegeri ini digemborkan slogan hemat energi, kenyataannya gemborang itu jauh dibawah seruan untuk memberi peralatan kapasitas besar, termasuk kendaraan terbaru yang mahal.
Jadi mulai saat ini, hentikan mulut yang liar berbicara, tapi berikanlah contoh dan teladan yang mengugah.